Pria Tua yang Misterius



Desember 2016.

Berawal dari aplikasi CouchSurfing (CS) yang ku pasang di ponsel pintarku. Buat yang belum tau, apa itu CouchSurfing, baiklah akan aku jelaskan dulu secara singkat aja. Jadi, CouchSurfing merupakan situs dan layanan jejaring sosial (dalam hal ini mereka udah punya aplikasi mobile yang bisa kalian download di Play Store atau App Store). Nah, yang diunggulkan buat user (pengguna) aplikasi ini yaitu berupa hospitality exchange atau jaringan silaturahmi. Gampangnya, kita bisa menjalin komunikasi dan bertemu dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia.

Saat itu, tiba-tiba ada pesan masuk dari seorang foreigner yang bahkan sampai sekarang aku tidak mengetahui asal usulnya. Dari foto profilnya, dia seorang Eropa. Profil CS-ku tercantum bahwa aku hanya ingin bertemu atau meet-up dengan para backpacker atau tourist dari seluruh dunia. Maka ia pun begitu, mengajakku bertemu untuk sekedar ngobrol (have a cup of tea or coffee) atau melakukan aktivitas ekstrim (hiking dan sejenisnya). Dia pun meminta kontak WA-ku, tanpa ragu, aku pun langsung memberikannya.

Kami ngobrol banyak hal di WhatsApp, salah satunya tentang “Kemana aku akan mengajaknya pergi?”
Tadinya, aku ingin mengajak dia sand boarding di gurun pasir Pantai Parangtritis. Kami terus berdiskusi tentang, “Akan kemanakah nanti bertemu?”

Dia bersikukuh mengajakku melakukan hiking, tetapi aku tak mau. Terlalu berbahaya. Ayahku pun melarang olahraga ekstrim itu sedari dulu, apalagi ini dengan orang asing. Hmmmm. Baiklah. Lanjut.
Akhirnya, karena saat itu aku agak sibuk dengan berbagai kegiatan, kami memutuskan untuk bertemu di sebuah Coffee Shop di Bantul, Yogyakarta.


Minggu, Januari 2017.

Saat itu keadaan raga dan jiwaku benar-benar “kelelahan”. Alasannya? Sebelumnya, di hari Sabtu, aku dan teman-teman dari KUIK (Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan UNY) bersenang-senang dengan olahraga susur sungai Progo atau rafting yang cukup ekstrim bagiku. Meskipun menyenangkan, sisi negatifnya adalah, aku terlalu sering kram. Ya Allah. Tobat tobat, sakitnya.

Di perjalanan menuju kedai kopi itu, aku hampir mengalami kecelakaan, di persimpangan jalan aku hampir saja tabrakan. Untungnya, tidak jadi. Hal tersebut membuatku agak telat menuju ke tempat kami janjian.
Dia sudah hadir di sana, hanya naik motor, oh bukan bule yang fancy ya… Ku perhatikan dari jauh, ia sedang melihat-lihat interior bangunan. Kemudian, aku pun mengirim pesan padanya, bahwa aku sudah tiba. Tersadar bahwa aku sudah tiba, ia kemudian menghampiriku di meja no (aku lupa nomer berapa, hehe). Ia sudah mengosongkan gelas kopinya. Mengingat keadaanku tidak bugar saat itu, aku tidak berani memesan kopi. Es krim lebih baik, batinku.

Ia banyak mengomentari hal sekitar, mulai dari bangunan kedai kopi yang kurang kokoh karena tidak ada kuda-kuda bangunan. Aku paham maksudnya, karena dia mengatakannya dengan “sesuatu  yang berbentuk segitiga”. Hal aneh lagi, dia berkata misalnya sekarang ada gempa dan bangunan ini runtuh dan kamu mati, pasti tidak apa-apa alias mati bahagia, karena kamu seperti anak kecil “memesan es krim” yang manis. Hadeh, apa hubungannya? 
Sungguh aku tidak mengerti, saat itu sepertinya dia mencoba untuk “mind-blowing” otakku. Banyak pertanyaan dan pernyataan aneh darinya yang sampai sekarang masih misterius juga.
“Bayangkan otakmu seperti gelas kosong.”
“Indonesia ini tidak ada. Papua bukan hak Indonesia.”
“Pertanyaan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, apakah iman itu?”
“Tentang masyarakat Tionghoa di Indonesia.”
"Keadilan di Indonesia."
"Do Critical Thinking!" dsb, dsb, guys.

Oh, dude, really. Aku sama sekali tidak punya kapabilitas untuk menanggapi pertanyaan dan pernyataan orang asing itu. Aku hanya bisa membantah beberapa pernyataan dia yang (menurut pendapatku) tidak benar dan kadang manipulatif. Ya, aku seperti gelas kosong. Tapi, tapi… Aku mau belajar lagi… Agar gelas kosongku terisi.

Oh, sungguh pria tua misterius, yang hampir saja membuat akal sehatku masuk dalam fantasi tidak nyata, dan aku harus kembali ke realita. You can't driving me crazy! Mau belajar adalah koentji-nya!

Siapakah dia sebenarnya?

Akan aku tunjukkan beberapa bukti tentang dia melalui profil CS-nya dan penelusuran di Google, ya.
Dia mengaku bernama Patrik Meyer.
Mari kita simak penelusuran saya.

Profil dia di CS bisa cek di https://www.couchsurfing.com/people/patrikmeyer
Lanjut... 

Penelusuran Google nih.

Lengkapnya, bisa cek di sini yah http://s3pi.umy.ac.id/akademik/visiting-professors/patrik-k-meyer/
Baiklah, akhirnya kalian semua tahu kan dia siapa? HMMM. Okay. Gelarnya sih Ph.D., Oke. Udah S3, okay.

Ya begitulah, pesanku sih, hati-hati jika bertemu dengan orang asing, namun tidak menutup kemungkinan, orang asing juga bisa dijadikan teman baik (teman untuk berbagi pengalaman ya!). Tentunya, hal itu tergantung bagaimana kita merespon mereka. 

"Remember that every good friend was once a stranger." — unknown

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#SHARE - EXPERIENCES : English Camp 2015 Part 1

Konsep Dasar Manajemen